oleh:  Pdt. Alipin S.Th., M. A.

 

Pendahuluan

Kita tidak boleh melupakan pesan Tuhan Yesus yang sangat penting yaitu ”Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang” (Matius 18:14).  Dari perkataan Yesus ini, dapat disimpulkan betapa pentingnya bagi gereja dan sekolah Kristen mengabarkan Injil kepada anak-anak.  Jangan sampai mereka terhilang.   Adakah gereja dan sekolah Kristen memandang anak-anak seperti Kristus memandang mereka?  Dari sisi pelayanan gereja, apakah anak-anak dianggap kurang penting sehingga pelayanan lebih difokuskan pada orang dewasa?  Dari sisi sekolah, apakah pekabaran Injil bagi anak-anak dianggap kurang penting sehingga kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kualitas akademik?

Dalam tulisan ini akan dipaparkan tentang pentingnya mengabarkan Injil kepada anak-anak.  Tujuan tulisan ini adalah agar gereja maupun sekolah Kristen dapat memberikan perhatian pada salah satu kebutuhan anak dari sudut pandang Tuhan Yesus, yaitu tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang.  Ada tiga alasan yang dikemukakan tentang pentingnya mengabarkan Injil kepada anak-anak.  Pada bagian akhir penulis menyarankan langkah-langkah yang sederhana tentang bagaimana memulai mengabarkan Injil kepada anak-anak.

 

  1. Anak-anak Membutuhkan Injil

 

Belakangan ini muncul isu tentang perlindungan anak yang terus menerus diperbincangkan semenjak terkuaknya peristiwa pelecehan seksual terhadap anak TK di Jakarta International School pada April 2014 lalu.  Hari-hari ini kita terus dikejutkan dengan berbagai berita pelecehan seksual terhadap anak-anak di berbagai daerah.  Isu tentang anak menjadi korban, entah itu korban pelecehan seksual, korban perang, korban kemiskinan dan lainnya masih manjadi persoalan yang belum terselesaikan.  Bagaimana kondisi anak-anak di dunia dewasa ini?   Dr. Dan Brewster dalam bukunya Child, Church and Mission: A Reource Book for Christian Child Development Workers memberikan data-data sebagai berikut:[1]

  1. Anak-anak merupakan kelompok manusia yang paling besar di dunia dan memiliki kebutuhan yang paling besar untuk diperhatikan. Anak-anak usia 15 tahun ke bawah mencapai 2 miliar atau sepertiga jumlah penduduk dunia yang kini diperkirakan 6 milliar.  Di negara berkembang anak-anak bahkan berpopulasi setengah dari seluruh jumlah penduduk, usia 15-26 mencapai 26 %.  Pada dekade berikutnya akan lahir satu miliar bayi di dunia di tengah keluarga yang sangat miskin.
  2. Anak-anak di dunia menghadapi resiko penderitaan yang tertinggi di dunia.  Lebih dari 91 juta balita mengalami busung lapar.
  3. 134 juta anak tidak dapat mengecap bangku sekolah.
  4. 15 juta anak menjadi yatim atau piatu akibat AIDS.
  5. 171 juta anak terpaksa jadi pekerja anak dalam situasi yang sangat buruk
  6.  1/3 anak-anak di dunia tinggal di rumah di mana mereka sekamar harus bersama dengan lebih dari 5 orang.
  7. 376 juta anak menggunakan air yang tidak bersih.
  8. Anak-anak juga merupakan korban terbesar dalam perdagangan manusia untuk tujuan prostitusi, pekerja paksa, pornografi, perang dan transplantasi organ.[2]
  9. Anak-anak juga menghadapi penderitaan secara rohani.

Perkembangan zaman dalam segala aspek telah membuat anak-anak kehilangan arah kepada jalan yang benar. Mereka dipengaruhi oleh berbagai ajaran yang menyesatkan melalui TV.  Orang tua zaman sekarang kurang perhatian kepada anak dibandingkan pada masa yang lalu.  Kesibukan dan persaingan hidup membuat keluarga lebih fokus pada kesuksesan finansial daripada keutuhan keluarga dan persekutuan dengan anak-anak.  Sehingga anak-anak banyak yang menjadi korban konsumerisme, narkoba, dan pergaulan bebas akibat kehausan akan kasih sayang orang tua.

Melihat fakta dan kenyataan di atas maka jelas yang sangat dibutuhkan anak-anak adalah kabar sukacita, good news, atau Injil.  Oleh sebab itu mengabarkan Injil bukan hanya sekedar memberitakan tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara verbal saja.  Apa yang harus dilakukan oleh gereja dan sekolah Kristen?  Kita harus membela anak-anak, lebih memperhatikan kondisi dan kebutuhan anak-anak secara holistik.  Injil diberitakan secara utuh dan holistik kepada anak-anak.

Anak-anak yang menghadapi resiko penderitaan, pelecehan, kemiskinan, dan menjadi korban dari berbagai tindakan kejahatan membutuhkan Yesus yang memberikan kelegaan kepada yang letih lesu dan berbeban berat (Matius 11:28).  Bagaimana mereka bisa mengenal Yesus yang memberikan kelegaan?  Gereja (orang-orang percaya dewasa), guru dan orang tua harus dapat memberikan rasa aman, memenuhi kebutuhan jasmani, kebutuhan rohani, kebutuhan emosional, kebutuhan untuk dikasihi, kebutuhan berkreasi, pendidikan, belajar disiplin, dan berbagai kebutuhan yang layak diterima anak.  Adakah anak-anak kita, baik yang di gereja maupun sekolah merasakan ada kelegaan dari letih lesu dan beban berat dalam kehidupan mereka?  Demikian pula anak-anak akan mengenal Yesus yang rendah hati dan lemah lembut (Matius 11:29) jika mereka juga menerimanya dari orang dewasa, khususnya orang tua dan guru-guru mereka.  Itu sebabnya dalam memberitakan Injil kepada anak-anak sangat penting teladan dan kesaksian hidup orang dewasa yang hidup bersama-sama dengan anak-anak, dalam hal ini adalah orang tua dan guru adalah yang paling dekat dengan anak-anak.  Adakah setiap kita menyambut anak-anak dengan rendah hati dan lemah lembut?  Adakah mereka merasakan kelegaan ketika berinteraksi dengan kita?

Dalam Injil Yohanes 10:10 Yesus berkata,” Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”  Memberitakan Injil kepada anak-anak berarti juga memberitakan Yesus yang datang untuk memberikan hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.  Kelimpahan bagi anak-anak sesungguhnya bukan hidup mewah dan kaya secara materi.  Anak-anak akan mengalami hidup dalam segala kelimpahan jika mereka mendapatkan kebutuhan dasar yang cukup serta kebutuhan kasih sayang dari orang dewasa.  Oleh karena itu, anak-anak baru akan mengalami hidup dalam segala kelimpahan jika mereka diberitakan kabar baik (Injil) secara holistik.  Kabar baik (Injil) yang holistik berarti anak-anak mendapatkan kabar baik karena ada orang tua Kristen, guru Kristen, orang dewasa Kristen yang mengasihi mereka dengan utuh, menyeluruh, memenuhi kebutuhan mereka sehingga mereka dapat merasakan cinta kasih Tuhan Yesus Kristus yang menjanjikan kelegaan dan hidup yang melimpah.  Dengan demikian maka kita sedang mempersiapkan hati anak-anak untuk terbuka lebar bagi Tuhan Yesus Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamat mereka secara pribadi.

 

  1. Memberitakan Injil kepada Anak-anak Menyenangkan hati   Tuhan Yesus

Kalau kita memperhatikan perikop tentang Yesus memberkati anak-anak yang tercatat dalam Injil Matius 19:13-15, Markus 10:13-16, dan Lukas 18:15-17, maka kita akan mendapati bahwa Yesus berada di tengah-tengah pelayanan yang cukup melelahkan karena mengajar, mengusir setan, menyembuhkan orang sakit dan terus melakukan perjalanan ke mana-mana untuk memberitakan Kerajaan Allah.  Ia sudah melakukan banyak perjalanan.  Dalam Matius 19:1 dan Markus 10:1 dijelaskan bahwa Yesus sudah melakukan perjalanan dari Galilea ke Yudea di daerah seberang sungai Yordan dan di tengah rencana Yesus menuju Yerusalem (Matius 21:1).

Di tengah situasi yang demikian lelah dan padat dengan pelayanan, ada orang yang membawa anak-anak kecil untuk diberkati dan didoakan Yesus.  Dalam catatan Lukas 18:15 dikatakan ”datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil (babies:Terj. NIV) kepada Yesus.”  Ini berarti yang bawa kebanyakan tentulah orang tua atau ibu anak-anak tersebut sendiri.  Tidak heran kalau murid-murid melarang dengan memarahi mereka yang mendekati Yesus, sebab mereka ingin agar Yesus tidak diganggu oleh anak-anak kecil (babies).  Barangkali ada yang sedang menangis, menyusui, ingusan atau ngompol dengan pakaian yang kotor dan bau.  Kita tidak tahu bagaimana murid-murid memarahi orang-orang itu yang kemungkinan besar ibu-ibu (kalau Bapak-bapak mungkin mereka tidak berani memarahinya).  Mungkin mereka bilang ”Hai ngapain bawa anak-anak kesini, ribut sekali dan mengganggu guru kami, pergi …. pergi…., guru kami tidak mau diganggu anak-anak.”

Bagaimana tanggapan Yesus? Apakah Ia berterima kasih pada murid-muridNya?  Tidak, Yesus bahkan berbalik memarahi mereka (Markus 13:14) dan mengijinkan anak-anak itu datang.  Yesus berkata ”Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepadaKu,”  Betapa baiknya dan senangnya Yesus menerima anak-anak.  Ia tidak peduli dengan kelelahan dan kesibukanNya dalam pelayanan.  Ia tidak merasa tergangu dengan anak-anak, sebaliknya Ia menyediakan waktu bagi anak-anak dan sangat senang menerima mereka.

Sudahkah kita menyenangkan hati Tuhan Yesus dengan membawa anak-anak kita mengenal Tuhan Yesus dan kebenaran Firman Tuhan?  Dalam Ulangan 6: 6-7 Firman Tuhan memerintahkan setiap orang tua yang percaya agar mereka mengajarkan berulang-ulang kepada anak-anak mereka tentang perbuatan Allah yang ajaib dalam membebaskan orang Israel agar anak-anak mereka mengenal Allah. Demikian juga kita melihat reaksi Yesus yang sangat senang jika ada orangtua yang membawa anak-anakNya kepada Yesus.  Betapa senangnya Tuhan Yesus jika sebagai orang tua atau guru kita mengabarkan Injil dan bercerita tentang Tuhan Yesus serta kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak.

Pada waktu pelayanan praktek di sebuah gereja di Malang, penulis melihat beberapa kali ada sepasang suami isteri yang keluar dari sebuah mobil mewah dengan bergandengan mesra.  Sebelum masuk ke ruang kebaktian, mereka mampir ke kelas sekolah minggu anak mereka.  Ternyata mereka mempunyai tiga anak yang masih kecil.  Dua anak sudah bisa jalan dan mungkin sudah masuk TK dan seorang anak masih belajar berjalan.  Yang mengherankan bagi penulis adalah pasangan suami istri ini tidak perlu menjaga ketiga anak mereka walaupun masih kecil.  Ternyata masing-masing anak mempunyai baby sitter.  Jadi tiga anak dengan tiga baby sitter.  Berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk membayar ketiga baby sitter tersebut?  Kasihan sekali anak-anak mereka hanya ditinggal bersama baby sitter di kelas sekolah minggu.  Mungkin mereka di rumah juga sepanjang hari bersama baby sitter.  Bagaimana kalau baby sitternya bukan Kristen?  Inilah dunia kita zaman kini.  Dengan alasan kesibukan dan ingin kemudahan, kita kadang-kadang bisa melepaskan tanggungjawab kita untuk membawa anak-anak kita kepada Tuhan.  Kita serahkan kepada pembantu, baby sitter, guru les atau biarkan mereka menonton televisi, sementara kita sendiri sibuk mencari uang.

Hari ini siapa yang mengabarkan Injil pada anak kita?  Apakah cukup guru sekolah minggu atau guru agama saja?  Ataukah anak-anak kita biarkan dikabarkan injil yang lain oleh televisi?  Anak-anak mendapat begitu banyak pengaruh negatif dari media.  Ada survey yang menyebutkan bahwa anak-anak menonton televisi rata-rata 3, 5 jam setiap hari di Indonesia.  Jika mereka mendapat begitu banyak hiburan dari televisi bisakah mereka tertarik lagi kalau diberitakan Injil baik oleh orang tua atau di gereja?  Berapa jamkah waktu kita setiap hari menemani dan mendampingi anak-anak kita sehingga kita mempunyai banyak kesempatan untuk mengabarkan Injil dan membwa mereka dekat kepada Tuhan Yesus?  Pernahkan kita berdoa untuk anak kita atau berdoa bersama mereka untuk menjalin hubungan dengan Tuhan Yesus bersama?  Yesus senang jika kita sebagai orang tua membawa anak-anak kita datang kepadaNya.

 

III.  Yesus Memandang Kualitas Anak-anak yang sangat Berharga

Mari kita lihat bagaimana pandangan kita tentang anak-anak.

Coba kita isi dan lengkapi kalimat berikut:

Anak-anak sering ………..

Anak-anak adalah ……….

Kami belum mau punya anak karena ………..

Anak-anak itu suka ………………

Hei anak-anak kenapa kalian ……………..

Kalau kita mau jujur, maka kebanyakan jawaban atas kalimat-kalimat tersebut lebih banyak menilai anak-anak secara negatif.   Ada apa dengan anak-anak?  Siapakah anak-anak di mata Tuhan?  Siapakah anak-anak di mata gereja, guru, orang tua dan  orang dewasa lainnya?   Apa kesan pertama ketika kita menyebutkan kata anak-anak?  Apakah hubungan anak-anak dengan penginjilan?  Sudahkah kita menilai anak-anak kita dengan tepat seperti Tuhan kita Yesus Kristus?  Jika kita salah maka seluruh prilaku dan tindakan kita terhadap anak akan berbeda.  Misalnya, jika kita anggap anak-anak tidak bisa mengerti apa-apa dan tidak perlu tahu tentang Injil, cukup serahkan saja pada guru sekolah minggu, maka kemungkinan kita tidak akan tahu dengan tepat apakah anak-anak kita sudah lahir baru, sudah diselamatkan atau belum.  Cobalah ambil waktu bertanya kepada anak-anak kita tentang keselamatan mereka.  Kita akan tahu bahwa anak-anak perlu sekali diberitakan Injil dengan jelas sehingga mereka yakin dan tahu akan keselamatan di dalam Tuhan Yesus.

Yesus menyebutkan identitas anak-anak sebagai ”orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga.”  Dalam Markus 10: 15 Yesus mengatakan ”Aku berkata kepadaMu, sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.”  Lalu Yesus memeluk mereka (Markus 10:16), memberkati mereka dan berdoa bagi mereka.  Di sini kita melihat Yesus begitu menghargai anak-anak dan memberikan kepada mereka identitas yang sangat tinggi sekali yaitu orang yang empunya kerajaan Sorga dan sebagai model bagaimana kita harus menyambut Kerajaan Allah seperti anak-anak baru bisa masuk ke dalamnya.  Bukan itu saja, kalau kita melihat catatan Matius, kita akan temukan anak-anak begitu berharga di mata Tuhan Yesus:

  1. Saudara ingin masuk dalam Kerajaan Allah, bertobat dan menjadi seperti anak kecil (Matius 18: 1-3).
  2. Saudara ingin jadi yang terbesar dalam Kerajaan Sorga, rendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil (Matius 18: 4).
  3. Saudara ingin menyambut Yesus, sambutlah anak kecil (Matius 18:5).
  4. Saudara tidak ingin ditenggelamkan ke laut, janganlah menyesatkan anak kecil (Matius 18:6)
  5. Saudara menganggap rendah anak kecil? Ingat ada Malaikat dipihak mereka (Matius 18:10)

Mengapa Yesus mengatakan demikian?  Apa kualitas yang dimiliki anak-anak? Katherine Copsey menjelaskan aspek spiritual seorang anak sehingga dapat dengan mudah menerima dan percaya Injil:[3]

“What are the qualities, which Jesus encourages us to learn when he urges us to ‘become like a child’?         

Openness:      

To nature — children exhibit a sense of awe and wonder

To feelings — children tend to be direct, in touch with their feelings

To others — children naturally tend to have an open, welcoming nature

Ability to be present:

Children tend to live in the ‘here and now’ and think in concrete terms.

Children have a gift for perception  – what we really mean, how we feel.

Children tend to accept things at face value, taking as much as is needed for a given time.

Uncomplicated:

Children can find belief uncomplicated, they do not need to analyze.

Children find trust easy if brought up in a trustworthy environment.

Children have simple, basic emotional and physical needs.

 

Dengan kualitas yang seperti ini maka tidak heran anak-anak dikatakan yang empunya kerajaan Allah sebab anak-anak merupakan manusia yang paling mudah dan paling tulus beriman kepada Tuhan Yesus.  Ada sebuah istilah misi yang disebut 4 / 14 windows (dibaca four and fourteen windows)   atau jendela 4 sampai 14.   Istilah ini dipresentasikan oleh Dr. Bryant Myers, Direktur world Vision.  Maksudnya sebuah survey menunjukkan bahwa 85 % orang Kristen di USA membuat keputusan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat adalah usia antara  4 sampai 14 tahun.  Research yang lain juga sama hasilnya.  Pada pertemuan siding Misi sedunia di Pattaya Thailand, Paul Eschelman mengajukan pertanyaan pada 1700 pemimpin gereja dari seluruh dunia yang berkumpul.  Hasilnya lebih dari 60 % dari mereka berdiri ketika ditanya apakah mereka percaya Yesus pada rentang usia 4 -14 tahun. [4]  Dengan demikian, kualitas anak-anak yang mudah menerima Injil sekaligus akan mendorong pertumbuhan kuantitas anak-anak menjadi orang percaya.

Fakta ini didukung George B. Eager yang dalam bukunya How to Succeed in Winning Children to Christ menuliskan:

The world’s most fruitful mission field is not a particular place.  It is not a particular country.  It’s a certain kind of people – it’s children.  No group of people is more open to the gospel.  No group responds so warmly and wholeheartedly.  And children are everywhere!

Lionel Hunt records these statistic in his book, Handbook of Children Evangelism:

86 % are saved before reaching 15 years of age

10 % are saved between 15 and 30 years of age

4 % are saved after 30. [5]

 

Anak-anak harus menjadi bagian dari jangkauan Amanat Agung Tuhan Yesus bagi gereja.  George B. Eager membandingkan perusahaan Coca Cola yang tiada henti dan menghabiskan banyak biaya untuk mempromosikan produk mereka dengan orang Kristen yang seharusnya memiliki ”produk” jauh lebih berharga dan mempunyai tugas yang tiada henti untuk memberitakan ”produk” tersebut.  Penjelasan Goerge B. Eager berikut ini seharusnya membuka mata hati kita untuk tiada henti mengabarkan Injil kepada anak-anak:

We think most everybody knows about Coke; yet the Coca-Cola company spends millions of dollars each year advertising their product.  Do you wonder why they do this?An executive with the company explained it:

“Each year, several hundred million people die.  They are no longer customers for Coca-Cola,.  Each year, several hundred million people are born.  They have never heard about Coca-Cola.  We have a never-ending job of telling these people about our product.”   We christian have the most wonderful “product” in all the world, but people must hear about it. 

Each year, millians of children are born into this world. 

They know nothing about Jesus Christ and His salvation.  Christian workers have the never ending job of telling children everywhere that God loves them and that Jesus died for them that they might belong to Him eternally.[6]

 

Kualitas anak-anak yang sangat berharga ini bukan saja menjadikan anak-anak mudah menerima Injil sehingga mendorong pertumbuhan orang percaya secara kuantitas, tetapi mereka juga memiliki kualitas sebagai agen misi yang sangat efektif.  Dalam Alkitab tidak sedikit anak-anak dilibatkan dan ditampilkan untuk melayani.  Ishak, Yusuf, Musa, Yosua, Samuel, Daud, Timotius, bahkan Yesus sudah mulai dipersiapkan sejak usia anak-anak untuk menjalankan misi Allah.  Anak-anak yang sejak dini menjadi orang percaya akan sangat efektif dari segi:

  1. Waktu untuk melayani Tuhan. Jika mereka sudah percaya sejak masa kanak-kanak, maka waktu mereka melayani lebih lama.
  2. Kualitas iman dan rohani. Jika mereka sudah percaya sejak anak-anak, maka kesempatan untuk mendidik mereka dalam iman dan kerohanian akan lebih banyak sehingga diharapkan menghasilkan kualitas iman dan rohani yang lebih baik.
  3. Kuantitas orang percaya. Tidak sedikit anak-anak yang sudah percaya Tuhan Yesus akhirnya membawa anggota keluarganya yang belum percaya menjadi orang percaya.

 

Berapa banyak di antara kita yang baru percaya Tuhan Yesus ketika dewasa?  Bukankah kebanyakan di antara kita dimenangkan saat usia anak-anak.  Adakah kita sebagai orang tua saat ini melihat kesempatan yang indah bagi kita untuk menjadi pemberita Injil bagi anak-anak kita sendiri?  Melalui pemaparan di atas, penulis sangat mengharapkan banyak di antara pembaca yang tergerak untuk melayani dan mengabarkan Injil kepada anak-anak.  Adakah di antara kita yang tergerak menjadi guru sekolah minggu, Guru Kristen, hamba Tuhan yang menyerahkan diri untuk menjangkau anak-anak?  Maukah kita sebagai orang tua mulai mengabarkan Injil kepada anak-anak kita?

Mungkin kita bertanya bagaimana caranya kita mengabarkan Injil kepada anak-anak kita?  Berikut ini beberapa hal yang dapat kita lakukan:

  1. Berdoa agar Tuhan berikan hikmat bijaksana, waktu yang tepat dan metode yang tepat untuk kita pakai.  Yang paling baik adalah dapat memberitakan Injil secara langsung kepada anak-anak kita.  Kita perlu belajar dan mengikuti berbagai pelatihan Pekabaran Injil.
  2. Jangan lupa membawa anak-anak kita ke sekolah minggu dan berbagai kegiatan kerohanian di sekolah maupun gereja seperti Sekolah Alkitab Liburan dan Retreat.  Banyak anak yang dimenangkan bagi Tuhan melalui kegiatan tersebut.
  3. Bila anak-anak kita masih usia balita, bacalah Alkitab bergambar untuk mereka, meskipun kita tidak pintar bercerita, hanya dengan menunjukkan gambar dan membacakannya anak-anak akan senang sekali dan jangan heran jika ia meminta Anda mengulangi lagi cerita dari kisah yang sama.  Mereka tidak akan bosan mendengar orang tuanya membacakan Injil berulang kali. Penulis sendiri telah mempraktekkan hal ini berulang kali.
  4. Untuk anak usia SD, kita bisa sediakan waktu untuk menonton bersama kisah Alkitab dalam VCD yang sekarang sudah sangat banyak dijual.  Setelah itu diskusikan bersama.  Bandingkanlah tentang kasih Yesus dan keunikan Yesus yang jauh melebihi tokoh imajinasi di TV misalnya ”Spiderman” yang saat ini sangat digemari anak-anak.  Ajak anak-anak untuk berpikir bahwa pahlawan Penyelamat mereka adalah Yesus bukan tokoh-tokoh fiksi.
  5. Untuk anak yang telah berusia SMP dan SMA, mereka sudah dapat diajak berdialog tentang Injil, dosa dan keselamatan.  Di masa-masa ini mereka sangat melihat teladan dan model orang tua mereka.  Jadi selain kita berbicara tentang Injil, yang lebih penting adalah teladan hidup kita. Kita juga perlu menjalin hubungan yang akrab dan baik dengan mereka yang tentunya sudah dimulai sejak mereka kecil sehingga Injil yang kita sampaikan dapat mereka terima.  Doronglah mereka untuk mengikuti persekutuan, retreat dan kebaktian.
  6. Selesai menyampaikan Injil ingatlah untuk mengajak anak-anak kita menerima Tuhan Yesus dan berdoa bagi mereka agar tetap setia.
  7. Terakhir yang tidak kalah penting adalah, ratakanlah jalan bagi anak-anak agar Injil dapat diterima dengan baik, yaitu melalui pelayanan kepada anak yang holistik.  Kita mengasuh, mendidik dan membesarkan anak dengan penuh cinta kasih serta memenuhi kebutuhan anak-anak secara holistik dan utuh.  Dengan demikian mereka dapat melihat hidup kita sebagai orang tua (dewasa) Kristen yang mencerminkan cinta kasih dari Tuhan Yesus Kristus.

 

Penutup

 

Mari kita mulai mengabarkan Injil kepada anak-anak kita, membawa mereka kepada Yesus dan mendoakan mereka senantiasa.  Dengan membawa anak-anak kita kepada Tuhan, kiranya  data-data tentang anak-anak yang memprihatinkan pada pendahuluan tadi akan berkurang karena keterlibatan kita.  Kita harus yakin bahwa jika kita sungguh-sungguh memberitakan Injil, pasti anak kita akan menerima Yesus dan keselamatan.  Yang lebih indah lagi bila mereka sejak kecil sudah percaya berarti mereka memiliki waktu yang sangat panjang untuk bersaksi dan melayani Tuhan.  Yang lebih-lebih indah lagi jika kita nanti meninggalkan dunia ini dan berkumpul di Surga lengkap sekeluarga dengan anak-anak kita.  Soli Deo Gloria.  Kiranya segala kemuliaan hanya bagi Allah.

 

(Pdt. Alipin S.Th., M. A, Gembala GKKK Pematangsiantar dan Ketua Bidang Pembinaan Sinode GKKK)

 

[1] (Penang: Commpassion International,  2005) hal 141.

[2] Di kota Medan pernah tertangkap orang yang mencari anak-anak untuk menjadi pendonor darah

untuk mencari keuntungan.

 [3] “What Is a child,” dalam Celebrating Children, eds., Miles, Glenn dan Wright, Josephine-Joy.  Carlisle, Cumbria: Paternoster Press, 2003.  Hal 9.

[4] Dan Brewster, Child, Church and Mission: A Reource Book for Christian Child Development Workers (Penang: Commapssion International,  2005) hal 141.

[5] (Selangor: Salvation Publishing & Distribution Sdn. Bhd., 2002) hal. 3.

[6]  Ibid. 7.