Sejarah Gereja & Sekolah Kalam Kudus Indonesia
Berdirinya Gereja Kristen Kalam Kudus merupakan hasil misi yang dilaksanakan oleh Evangelize China Fellowship (ECF)/ Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok atau Chung Kuo Pu Tao Hui, Shanghai, China. ECF adalah Yayasan Penginjilan yang dipimpin oleh Pdt. Andrew Gih. Misi pelayanan ECF adalah mengadakan Penyiaran Injil dan KKR, juga mendirikan panti panti asuhan yatim piatu akibat perang saudara yang melanda Tiongkok waktu itu.
Setelah Negara RRC berdiri tahun 1949, ECF pindah ladang pelayanan di luar daratan Tiongkok yaitu Hongkong, Taiwan, Malaysia, Indonesia, Macao, Singapore, Thailand, Myanmar, Philipina dan Amerika Serikat. Di Indonesia ECF dinasionalisasikan menjadi Yayasan Penyiaran Injil Indonesia dengan tujuan untuk merintis GKKK dan Yayasan Malseta yang bertujuan mendirikan sekolah teologi MAAT yang kemudian diubah menjadi SAAT Malang.
Pdt. Andrew Gih lahir di Shanghai, China tahun 1901. Mengalami lahir baru tahun 1923 dan mempersembahkan diri jadi hamba Tuhan tahun 1926. Menikah dengan Dorcas Chang Chui Ing di Shanghai tahun 1928. Mendirikan ECF tahun 1947 di Shanghai yang kemudian dipindahkan ke Hongkong 1949. Menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Cascade College, Portland, Oregon, USA pada tahun 1950. Beliau pensiun tahun 1978 dan meninggal dunia pada tanggal 13 Februari 1985 di Los Angeles, USA pada usia 85 tahun.
Dalam pelayanannya, Dr. Andrew Gih tercatat pernah bekerja sama dengan Dr. John Sung, seorang penginjil yang sangat berpengaruh di Tiongkok. Dr. Andrew Gih dan Dr. John Sung adalah dua tokoh Injil berkarisma yang membawa kebangunan rohani di gereja-gereja Tiongkok sebelum berdirinya pemerintahan RRC tahun 1949. Pengaruh pengajaran dan semangat penginjilan terhadap gereja-gereja Tionghoa di daratan maupun di luar daratan Tiongkok sangat besar. Khotbah-khotbah mereka sangat menekankan pertobatan dan penginjilan. Dr. John Sung meninggal tahun 1942 di usia 42 tahun, usia yang masih relative muda.
Dr. Andrew Gih memutar haluan pelayanan dari daratan Tiongkok ke selatan samudera yang disebut Nan Yang. Tahun 1950, Dr. Andrew Gih pertama kali datang ke Indonesia mengadakan kebaktian-kebaktian Kebangunan rohani di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Dalam pelayanan di Medan, Dr. Andrew Gih bertemu dengan Dr. Peter Wongso, yang kemudian menjadi motor penggerak keberadaan GKKK dan SKKK yang ada di seluruh Indonesia dan menjadi murid pertama MAAT yang didirikan oleh Dr. Andrew Gih.
Dr. Peter Wongso lahir dalam keluarga Pendeta Metodis Hok Kian Tiongkok pada tahun 1932. Pindah ke Indonesia tahun 1949. Tinggal di kota Medan dan giat memberitakan Injil di Gereja Metodis Medan. Beliau bertemu dengan Dr. Andrew Gih di Medan saat Dr. Gih berkunjung dan mengadakan KKR di Medan. Mereka berdua melihat kebutuhan tenaga hamba Tuhan yang mendesak di kalangan gereja-gereja Tionghoa untuk menggembalakan jemaat dan memberitakan Injil kepada orang-orang Tionghoa Perantauan di Indonesia.
Isterinya Dorcas Gih, DS Pouw Peng Hong dan rekan-rekan lain mendirikan dua buah yayasan yaitu Yayasan Penyiaran Injil Indonesia (mirip ECF yaitu Yayasan Penyiaran Injil Tiongkok) dengan akte notaris No. 41 dan Yayasan Madrasah Alkitab Asia Tenggara disingkat Yayasan Malseta dengan akte No. 42. Yayasan Penyiaran Injil Indonesia kemudian berkembang menjadi Sinode GKKK dan Yayasan Kalam Kudus Indonesia yang masing-masing mempunyai Satuan Unit Pelayanan yaitu GKKK dan SKKK.
Madrasah Alkitab Asia Tenggara di Malang, Jawa Timur merupakan sebuah sekolah teologi yang berazaskan Alkitab, berteologi Injili dan berakar pada budaya Tionghoa. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Mandarin. MAAT juga memiliki disiplin belajar dan kehidupan kampus yang ketat. Pada tahun enam puluhan MAAT dipimpin oleh Rektor James Hui. Sebelumnya ia menjabat sebagai konsul dari pemerintah Tiongkok Nasionalis untuk Philipina di Manila. Isteri James Hui adalah seorang wanita Kristen Tionghoa yang berbudi luhur. Ia sangat mendukung pelayanan suaminya sebagai rector dan ia menjadi ibu asrama bersama Ibu Ruth Chang.
Mahasiswa MAAT yang tinggal di kampus memiliki kehidupan yang sangat disiplin. Bangun pagi lalu berdoa, membaca Alkitab, merenungkan firman Tuhan, mengutip salah satu ayat, menghafal ulang sebelum makan pagi dengan mahasiswa lain di meja makan waktu sarapan pagi. No Bible no breakfast, motto Dr. Reland Wong itu selalu diingat. Mahasiswa harus mencuci pakaian sendiri, mencuci kamar mandi dan WC. Pria bertugas ke kantor pos, wanita bergilir masak di dapur dan belanja ke pasar. Pria dan wanita bergilir mencuci piring. Dilarang keras berpacaran. Motto kehidupan di kampus adalah “segala sesuatu harus berlangsung dengan sopan dan teratur (1 Korintus 14 : 40)”. MAAT menggembleng mahasiswanya sedemikian rupa, sehingga kebutuhan hamba Tuhan di gereja-gereja Tionghoa di Indonesia terpenuhi secara kuantitas maupun kualitas.
Setelah Dr. James Hui dan isteri pensiun, mereka kembali ke Taiwan tahun 1964. Yang menggantikan beliau adalah Pdt. Peter Wongso. Sebagai rector kepemimpinan Pdt. Peter Wongso sangat menekankan misi penginjilan. Semangat penginjilan ditanamkan ke dalam jiwa mahasiswa MAAT ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa itu sendiri dan sangat mendukung pertumbuhan gereja di Indonesia. Sebagian lulusan MAAT yang tergerak di utus untuk membuka ladang baru mendirikan Pos PI GKKK di seluruh Indonesia yaitu di Medan, Pematang Siantar, Sibolga, Padang Sidempuan, Batang Toru, Pekan Baru, Selat Panjang, Padang, Pangkal Pinang, Batam, Jakarta, Bandung, Solo, Solo Baru, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Blitar, Denpasar, Makassar, Bone, Ambon, Jayapura, Sorong, Manado, Pontianak.